Cordão De Ouro Indonesia diresmikan oleh Contra Mestre Papa Léguas
tanggal 17 Oktober 2009 di Jakarta, Indonesia. Sebelumnya, Cordão De
Ouro Indonesia bernama Capoeira Vadiar Indonesia yg diresmikan oleh
Contra Mestre Papa Léguas tanggal 31 Mei 2008 di Surabaya, Indonesia.
Pada awalnya, Capoeira masuk Indonesia melalui film Only The Strong pd
dekade 90-an. Kemudian muncul berbagai klub dan komunitas yg mempelajari
Capoeira secara otodidak, melalui internet, film, buku, diskusi, dan
informasi yg diperoleh dr Capoeirista yg berkunjung ke Indonesia.
Atas dasar keinginan utk mempelajari Capoeira secara benar dan langsung
dr sumbernya, beberapa orang dr klub Capoeira di Jakarta dan Surabaya
menjalin kontak dgn Contra Mestre Papa Léguas dr Cordão De Ouro
Nottingham, Inggris. Kemudian pd Mei 2008, Contra Mestre Papa Léguas utk
pertama kalinya berkunjung dan memberikan workshop di Indonesia,
sekaligus meresmikan berdirinya Capoeira Vadiar Indonesia.
Pd Oktober 2009, atas persetujuan Mestre Suassuna, Contra Mestre Papa
Léguas mengubah nama Capoeira Vadiar Indonesia dan meresmikan berdirinya
Cordão De Ouro Indonesia, sekaligus pelaksanaan upacara Batizado Cordão
De Ouro Indonesia yg pertama. Saat ini, Cordão De Ouro Indonesia telah
berdiri di Jakarta, Tangerang Selatan, Bogor, Bekasi, Semarang, Solo,
Yogyakarta, Kediri, Ngawi, Lamongan, dan Surabaya.
capoeira
flashvortex
efek salju
Sabtu, 18 Februari 2012
Minggu, 05 Februari 2012
GINGA
GINGA merupakan suatu gerakan dasar capoeira(sebuah kuda - kuda dalam ilmu beladiri lainnya.Ginga dimulai dari posisi paralel,yaitu posisi seperti duduk tanpa kursi,kemudian tarik kaki kiri kebelakang,bersamaan dengan tangan kanan kedepan,ulangi dengan posisi paralel kemudian tarik kaki kanan kebelakang dan tangan kiri kedepan.Ulangi terus hal tersebut sampai tak canggung lagi melakukannya.Perlu diingat,bahwa tangan dan kaki yang digerkan secara bersamaan harus berbeda arah(tangan kanan maka kaki kiri,lalu tangan kiri maka kaki kanan).Ginga banyak variasinya,nantikan artikel saya selanjutnya tentang variasi gerakan ginga dan tentang filosofi Roda Capoeira."MUITO-MUITO OBRIGADO,CAMARA!!!"Contra Mestre Edinho(Santa Maria de Grupo Indonesia).
SEJARAH CAPOEIRA
Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brasil
oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brasil
untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka
melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional,
seperti berimbau (sebuah lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya) dan atabaque
(gendang besar), dan ini juga lebih mudah bagi mereka untuk
menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktivitas seperti
kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di tempat tinggal mereka yang bernama senzala.
Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh "pemburu"
profesional bersenjata yang bernama capitães-do-mato (kapten hutan).
Biasanya capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak
tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi
di tempat lapang dalam hutan yang dalam bahasa tupi-guarani (salah satu bahasa pribumi
di Brasil) disebut caá-puêra – beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa
inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat
melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama quilombo, di tempat yang susah dicapai. Quilombo yang paling penting adalah Palmares
yang mana penduduknya pernah sampai berjumlah sepuluh ribu dan bertahan
hingga kurang lebih selama enam puluh tahun melawan kekuasaan yang mau
menginvasi mereka. Ketua mereka yang paling terkenal bernama Zumbi.
Ketika hukum untuk menghilangkan perbudakan muncul dan Brasil mulai
mengimport pekerja buruh kulit putih dari negara-negara seperti Portugal, Spanyol dan Italia
untuk bekerja di pertanian, banyak orang negro terpaksa berpindah
tempat tinggal ke kota-kota, dan karena banyak dari mereka yang tidak
mempunyai pekerjaan mulai menjadi penjahat.
Capoeira, yang sudah menjadi urban dan mulai dipelajari oleh orang-orang kulit putih, di kota-kota seperti Rio de Janeiro, Salvador da Bahia dan Recife, mulai dilihat oleh publik sebagai permainan para penjahat dan orang-orang jalanan, maka muncul hukum untuk melarang Capoeira. Sepertinya pada waktu itulah mereka mulai menggunakan pisau cukur dalam pertarungannya, ini merupakan pengaruh dari pemain capoeira yang berasal dari Portugal dan menyanyikan fado (musik tradisional Portugis yang mirip dengan keroncong). Pada waktu itu juga beberapa sektor yang rasis dari kaum elit Brasil berteriak melawan pengaruh Afrika dalam kebudayaan negara, dan ingin “memutihkan” negara mereka. Setelah kurang lebih setengah abad berada dalam klandestin, dan orang-orang mepelajarinya di jalan-jalan tersembunyi dan di halaman-halaman belakang rumah, Manuel dos Reis Machado, Sang Guru (Mestre) Bimba, mengadakan sebuah pertunjukan untuk Getúlio Vargas, presiden Brasil pada waktu itu, dan ini merupakan permulaan yang baru untuk capoeira. Mulai didirikan akademi-akademi, agar publik dapat mempelajari permainan capoeira. Nama-nama yang paling penting pada masa itu adalah Vicente Ferreira Pastinha (Sang Guru Pastinha), yang mengajarkan aliran “Angola”, yang sangat tradisional, dan Mestre Bimba, yang mendirikan aliran dengan beberapa inovasi yang ia namakan “Regional”.
Capoeira tidak saja menjadi sebuah kebudayaan, tetapi juga sebuah olahraga nasional Brasil, dan para guru dari negara tersebut membuat capoeira menjadi terus menerus lebih internasional, mengajar di kelompok-kelompok mahasiswa, bermacam-macam fitness center, organisasi-organisasi kecil, dll. Siswa-siswa mereka belajar menyanyikan lagu-lagu Capoeira dengan bahasa Portugis – “Capoeira é prá homi, / mininu e mulhé...” (Capoeira untuk laki-laki, / anak-anak dan perempuan).
Di Indonesia, sama seperti di negara-negara yang lain, kemungkinan Capoeira akan semakin berkembang.
Beberapa gerakan dalam Capoeira:
Capoeira, yang sudah menjadi urban dan mulai dipelajari oleh orang-orang kulit putih, di kota-kota seperti Rio de Janeiro, Salvador da Bahia dan Recife, mulai dilihat oleh publik sebagai permainan para penjahat dan orang-orang jalanan, maka muncul hukum untuk melarang Capoeira. Sepertinya pada waktu itulah mereka mulai menggunakan pisau cukur dalam pertarungannya, ini merupakan pengaruh dari pemain capoeira yang berasal dari Portugal dan menyanyikan fado (musik tradisional Portugis yang mirip dengan keroncong). Pada waktu itu juga beberapa sektor yang rasis dari kaum elit Brasil berteriak melawan pengaruh Afrika dalam kebudayaan negara, dan ingin “memutihkan” negara mereka. Setelah kurang lebih setengah abad berada dalam klandestin, dan orang-orang mepelajarinya di jalan-jalan tersembunyi dan di halaman-halaman belakang rumah, Manuel dos Reis Machado, Sang Guru (Mestre) Bimba, mengadakan sebuah pertunjukan untuk Getúlio Vargas, presiden Brasil pada waktu itu, dan ini merupakan permulaan yang baru untuk capoeira. Mulai didirikan akademi-akademi, agar publik dapat mempelajari permainan capoeira. Nama-nama yang paling penting pada masa itu adalah Vicente Ferreira Pastinha (Sang Guru Pastinha), yang mengajarkan aliran “Angola”, yang sangat tradisional, dan Mestre Bimba, yang mendirikan aliran dengan beberapa inovasi yang ia namakan “Regional”.
Capoeira tidak saja menjadi sebuah kebudayaan, tetapi juga sebuah olahraga nasional Brasil, dan para guru dari negara tersebut membuat capoeira menjadi terus menerus lebih internasional, mengajar di kelompok-kelompok mahasiswa, bermacam-macam fitness center, organisasi-organisasi kecil, dll. Siswa-siswa mereka belajar menyanyikan lagu-lagu Capoeira dengan bahasa Portugis – “Capoeira é prá homi, / mininu e mulhé...” (Capoeira untuk laki-laki, / anak-anak dan perempuan).
Di Indonesia, sama seperti di negara-negara yang lain, kemungkinan Capoeira akan semakin berkembang.
Beberapa gerakan dalam Capoeira:
- Ginga
- Handstand
- Backflip
- Headspin
- Handstand Whirling
Langganan:
Postingan (Atom)